Agar Allah SWT menakdirkan umat Islam berkuasa



بِسمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

 Allah ﷻ berfirman :

ﺃﻋﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.(QS. As Sajadah : 24)

Dalam kondisi dimana kekuasaan berada dipihak kelompok orang yang loyal dengan kebatilan, maka seorang Muslim harus cerdas dalam menganalisa situasi dan tepat saat menentukan sikap - siap merebut kembali kekuasaan demi bangkitnya kebenaran.
Beberapa hal yang perlu kita cermati adalah :


*Pertama :*
-----------
Bahwa yang namanya Kekuasaan itu dari masa ke masa akan selalu diperjuangkan dengan sungguh-sungguh oleh orang atau kelompok yang berpihak kepada kebatilan.

Karena dengan kekuasaan-lah kebatilan dapat eksis dan menjadi senjata yang ampuh untuk memaksa umat manusia mendukung segala kepentingannya.

Tabiat orang (kelompok) yang berpihak pada kebatilan biasanya suka berbuat sewenang-wenang - bersikeras memaksa orang lain untuk tunduk kepada mereka.
Sehingga menimbulkan banyak kekacauan yang merugikan bahkan tak jarang terjadi penindasan. 
Kerusakan pada sistem kehidupan masyarakat akan membesar dan menyebar.

Allah ﷻ mengisahkan bagaimana prilaku seorang pemimpin yang tampil dengan latar kebatilannya :

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَآئِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَآءَهُمْ وَيَسْتَحْىِۦ نِسَآءَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ ﴿٤
"Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS. Al Qoshos : 4)


*Kedua :*
---------
Betapa bahayanya jika seorang pemimpin yang berpihak kepada kebatilan tetap dibiarkan berkuasa.

Oleh karena itu kekuasaan haruslah diperjuangkan untuk direbut kembali oleh orang-orang yang telah terbukti nyata keberpihakannya pada kebenaran.

Sedangkan orang Islam yang tidak mau turut serta dalam memperjuangkan kekuasaan, maka hal ini sama saja ia sedang menyerahkan kekuasaan kepada pihak kebatilan dengan gratis. Dan tentu suatu bencana dan kerusakan akan sulit dielakkan dari sikap ketidak pedulian ini.

Keadaan ini seperti yang digambarkan oleh Al Qur'an :

وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِى ٱلْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ ﴿٧٣
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka  selalu berloyal kepada bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak loyal kepada sesama muslim, sebagaimana  yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar."
(QS. Al Anfal : 73)


*Ketiga :*

Setiap perjuangan yang Haq, harus diyakini bahwa di dalamnya pasti terdapat harapan kemenangan yang telah Allah janjikan dalam 2 bentuk kemenangan :

1. Kemenangan yang mengantarkan kaum muslimin berhasil menguasai suatu daerah atau negara, yang dalam bahasa Al Qur'an disebutkan dengan istilah al-Fathu.

Sebagaimana firman Allah berikut :

اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًا  
"Sungguh, Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata," (QS. Al-Fath: Ayat 1)


Ayat diatas merupakan contoh kemenangan yang diberikan Allah ﷻ kepada Rasulullah ﷺ  dalam bentuk penguasaan suatu wilayah. Seperti pada peristiwa penaklukan Khoibar dan Makkah. Disebut sebagai Fathu Khoibar dan Fathu Makkah.

2. Kemenangan yang belum mengantarkan Umat Islam kepada kekuasaan secara totalitas. Seperti Perang Badr dan Perang Uhud dll.

Bentuk kemenangan ini diisyaratkan oleh Allah ﷻ dalam firman berikut :

وَّ يَنْصُرَكَ اللّٰهُ نَصْرًا عَزِيْزًا
"Dan agar Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak)." (QS. Al-Fath: Ayat 3)


Firman Allah ﷻ diatas  merupakan ungkapan janji  Allah ﷻ kepada Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin terkait perjuangan yang  setelah terjadinya Shulhul Hudaibiyyah, yakni Perjanjian damai antara kaum Muslimin dengan Musyrikin Makkah yang terjadi di Hudaibiyyah pada tahun 6 H.

*Keempat :*
-----------
Bahwa Kekuasaan adalah suatu hal mutlak yang harus diperjuangkan bahkan harus direbut kembali oleh seluruh Umat Islam dari kelompok kebatilan. Karena jika kekuasaan berada ditangan Umat Islam, maka jaminan kedamaian,  keadilan serta penjagaan atas segala kemaslahatan hidup bersama akan terwujud pada suatu kelompok masyarakat ataupun sebuah bangsa.


*Bagaimana cara meraih kekuasaan ?*
------------------

Allah ﷻ berfirman :
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا ۖ وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.(QS. As Sajadah : 24)

Menurut ayat diatas, ada 3 syarat untuk merebut kekuasaan :
• 1. Jalani hidup sesuai dengan tuntunan wahyu Allah ﷻ - Al Qur'an.

• 2.  Harus menyiapkan  mental Kesabaran yang ekstra dalam menghadapi segala bentuk tantangan perjuangan. Baik berupa kesabaran saat melakukan perjuangan fisik, mental, bahkan jiwa. Juga kesabaran atas lamanya waktu perjuangan itu sendiri - menanti waktu datangnya kemenangan yang diharapkan.
• 3. Harus yakin dengan ayat-ayat Allah ﷻ 
dan siap menjadikannya sebagai manhaj dalam setiap langkah perjuangan.


*Kelima :*
---------
Contoh peraih kekuasaan yang telah membuktikan kebenaran ayat di atas adalah Nabi Dawud 'alaihissalam, Nabi Yusuf 'alaihissalam dan juga Sulaiman 'alaihissalam.


*Keenam :*
----------
Kiranya perlu kita ambil pelajaran dari kisah para Nabi Allah yang telah diberikan kekuasaan :


• Nabi Dawud 'alaihissalam diberi kekuasaan oleh Allah ﷻ setelah beliau berhasil membunuh Jalut, bersabar dalam perjuangan dan ujian larangan minum air sungai kecuali hanya segenggam tangan.

Peristiwa tersebut Allah abadikan didalam surat Al Baqoroh :
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِٱلْجُنُودِ قَالَ إِنَّ ٱللَّهَ مُبْتَلِيكُم بِنَهَرٍ فَمَن شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَمَن لَّمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُۥ مِنِّىٓ إِلَّا مَنِ ٱغْتَرَفَ غُرْفَةًۢ بِيَدِهِۦ ۚ فَشَرِبُوا۟ مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِّنْهُمْ ۚ فَلَمَّا جَاوَزَهُۥ هُوَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مَعَهُۥ قَالُوا۟ لَا طَاقَةَ لَنَا ٱلْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ ۚ قَالَ ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَٰقُوا۟ ٱللَّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةًۢ بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿٢٤٩﴾
249. "Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya; bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah pengikutku". Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya". Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar"."

وَلَمَّا بَرَزُوا۟ لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِۦ قَالُوا۟ رَبَّنَآ أَفْرِغْ عَلَيْنَا صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَٰفِرِينَ ﴿٢٥٠﴾
250. "Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir"."

فَهَزَمُوهُم بِإِذْنِ ٱللَّهِ وَقَتَلَ دَاوُۥدُ جَالُوتَ وَءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلْمُلْكَ وَٱلْحِكْمَةَ وَعَلَّمَهُۥ مِمَّا يَشَآءُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ ٱلْأَرْضُ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلْعَٰلَمِينَ ﴿٢٥١﴾
251. "Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam."
(QS.Al Baqoroh:249-251)


• Nabi Yusuf 'alaihissalam juga diberi kekuasaan oleh Allah ﷻ setelah menelan pil  pahit ujian yang bertubi-tubi hingga Allah ﷻ sebut beliau sebagai hambaNya yang Mukhlashin - manusia yang selalu dalam ketaatan.

Berikut dikisahkan didalam Al Qur'an :

وَرَٰوَدَتْهُ ٱلَّتِى هُوَ فِى بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلْأَبْوَٰبَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّىٓ أَحْسَنَ مَثْوَاىَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿٢٣﴾
23. "Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung."

وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِۦ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَآ أَن رَّءَا بُرْهَٰنَ رَبِّهِۦ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ ٱلسُّوٓءَ وَٱلْفَحْشَآءَ ۚ إِنَّهُۥ مِنْ عِبَادِنَا ٱلْمُخْلَصِينَ ﴿٢٤﴾
24. "Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih(selalu berada dalam ketaatanNya)." (QS. Yusuf : 23 -24 )


Dan juga pada ayat :
۞ رَبِّ قَدْ ءَاتَيْتَنِى مِنَ ٱلْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِى مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ أَنتَ وَلِىِّۦ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ ﴿١٠١﴾
"Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS. Yusuf : 101).


• Nabi Sulaiman 'alaihissalam juga diberikan kekuasaan setelah Allah ﷻ melihatnya sebagai hambaNya yang Awwab - banyak taat, doa dan merendahkan diri kepadaNya.

Allah ﷻ sebutkan dalam Al Qur'an surat Shood :
وَوَهَبْنَا لِدَاوُۥدَ سُلَيْمَٰنَ ۚ نِعْمَ ٱلْعَبْدُ ۖ إِنَّهُۥٓ أَوَّابٌ ﴿٣٠﴾
30. "Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya),"

Dan juga pada ayat :
قَالَ رَبِّ ٱغْفِرْ لِى وَهَبْ لِى مُلْكًا لَّا يَنۢبَغِى لِأَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِىٓ ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ ﴿٣٥﴾
"Ia berkata: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi"." (QS. Shood : 35)


Demikianlah ketatnya syarat yang Allah ta'ala tetapkan agar umat Islam meraih kekuasaan.
Setiap Muslim hendaknya menyadari betapa pentingnya kekuasaan agar terus berada ditangan orang Islam yang Sholih.

Mengapa demikian ?

Kerena kekuasaan bagi Umat Islam adalah sarana yang paling efktif untuk menegakkan Wahyu Allah ﷻ di atas bumi ini.


Sahabat mulia Ustman bin Affan rodhiallahu 'anhu, mengatakan :
ان الله ليزع بالسلطان مالايزع بالقران
"Sesungguhnya Allah memberi keleluasaan (dalam) menegakkan Islam dengan kekuasaan - yang tidak dapat dilakukan hanya mengandalkan Al Qur'an tanpa kekuasaan."

Syarat ketat di atas juga sangat berfungsi untuk menjaga Umat Islam dari fitnah kekuasaan seperti disebut dengan fitnah "3T" ; yakni Harta, Tahta dan Wanita.

Sebaliknya, kekuasaan seharusnya kita jadikan sebagai sarana untuk menghasilkan pahala dari Allah yang sebesar-besarnya.

Sebagaimana Hadist tentang 7 orang yang akan dinaungi Allah ﷻ pada hari kiamat nanti. Yakni disebutkan yang pertama adalah Penguasa yang Adil.


Al Ustadz Abu al Ala Maududi rohimahullah, pernah dikritik ; 'Mengapa dirinya sibuk di dunia politik. Bukankah politik itu kotor ?  

Beliau menjawab dengan cerdas : "Kami hadir untuk mensucikannya dengan Al Islam."

Dan tentu tidak ada sarana yang paling baik di atas bumi ini dalam meraih kekuasaan dari pada kembali kepada Al Qur'an.

Mari bangkit turut berjuang memastikan kekuasaan berada ditangan orang yang berpihak kepada kebenaran. Agar Kalam Allah ﷻ terus dapat ditinggikan diatas bumi ini.

والله أعلم بالصواب
Ustadz Abdul Aziz Abdur Ro'uf, Lc 
حفظه الله تعالى

Subscribe untuk menerima pembaruan email gratis:

Artikel (18) DOWNLOAD (13) Linux (4) Novel Santri (1) SOFTWARE (11) Tahfidz (15)