Strategi Al Quran Dalam Membina Akhlaq Ummat


tilawah, tazkiyah, dan ta’limah

Bila kita telusuri dari seluruh perjuangan da’wah Rasulullah SAW selama 23 tahun, maka pada intinya strategi beliau itu ada tiga, yaitu tugas tilawah, tazkiyah, dan ta’limah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

هو الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ    

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” (QS. Al-Jumu’ah : 2)

Berdasarkan ayat di atas, ada tiga strategi yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dan para Nabi-Rasul sebelumnya, yaitu:

1. Tilawah.

Tilawah arti dasarnya adalah membacakan. Dalam kaitan dengan tugas ini, tilawah berarti membacakan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada alam semesta ini. Dengan kata lain, tilawah disini adalah membaca, merenung, memikirkan akan tanda-tanda kebesaran Allah melalui segala ciptaan-Nya yang pada akhirnya dapat menumbuhkan keimanan yang kuat dan keyakinan yang membaja dan pengakuan yang tulus bahwa tiada Tuhan selain Allah.

Dengan membaca tanda-tanda kebesaran Allah ini, diharapkan agar manusia menyadari akan keberadaan dirinya, asal-usulnya, dan apa tujuan hidupnya, dan menyadari pula bahwa ia adalah makhluq Allah yang sangat lemah, yang tiada mempunyai daya dan kekuatan apa-apa, bahkan hidupnya selalu bergantung pada kasih sayang dan pertolongan Allah SWT.

Penyadaran terhadap diri sendiri ini penting sekali ditanamkan kepada semua manusia, sebab tanpa itu, manusia banyak yang lupa diri dan tinggi hati, lupa bahwa ia tidak mempunyai apa-apa dan semua yang diakui miliknya itu, termasuk dirinya sendiri adalah milik Allah. Kekuasaan, pangkat, jabatan, kedudukan, harta kekayaan, dan lain sebagainya adalah milik Allah.

Karena itulah, dengan selalu membaca tanda-tanda kekuasaan Allah ini diharapkan dapat menambah keimanan dan kesadaran kita selaku hamba Allah. Kita akan selalu mengakui sebagai hamba Allah meski dalam posisi apa saja. Sebagai pejabat, tokoh, pemimpin, ilmuwan, cendekiawan, dan apa saja kita tetap tidak bergeser dari kedudukan sebagai hamba Allah yang lemah.

2. Tazkiyah

Setelah langkah pertama ditempuh dengan jalan mengenalkan tanda-tanda kebesaran Allah dan mengajak manusia beriman kepada Allah serta menyadarkan keberadaanya sebagai hamba Allah, maka langkah berikutnya adalah membersihkan manusia dari berbagai kotoran pikiran dan hati manusia, yang mengakibatkan manusia tida bisa memandang realita dengan jernih sesuai dengan jernih sesuai dengan fitrahnya. Untuk itu tugas risakah berikutnya adalah membersihkan segala pikiran yang menyumbat pikiran dan rohaninya. Inilah yang disebut tazkiyah.

Dalam masalah ini Sayyid Quttub dalam tafsir fii dzilaalil qur’an melukiskan sebagai berikut : 

“Tazkiyyah adalah membersihkan jiwa dan perasaan, mensucijan amal dan pandangan hidup, membersihkan kehidupan dan hubungan seks dan membersihkan kehidupan bermasyarakat.”
Dalam rangka tazkiyah ini, maka sasaran utama yang diberlakukan adalah membersihkan manusia dari apa yang mengotori hati dan pikiran manusia dengan memberantas, kemusyrikan, kemunafikan, hasud, kekufuran, thama’, thagha’, dan sebagainya.

Termasuk juga mengikis bentuk-bentuk akhlaq tercela, semisal bakhil, boros, sombong, khianat, riya’, sum’ah, dan sebagainya. Tugas Rasul dalam hal ini adalah membersihkan melalui pendidikan rohani yang intensif, baik berupa ibadah ritual maupun ibadah sosial agar dapat menghasilkan pribadi luhur yang berakhlaqul karimah.

3. Ta’limah

Pengajaran yang merupakan langkah lanjutan. Para Rasul mengajarkan kepada manusia sesuai dengan apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadanya, yang kesemuanya itu termaktub dalam Kitaabullah. di samping itu, para Rasul juga mengajarkan ajarannya melalui pembicaraan, dan perbuatan atau disebut Hadits atau Al-Sunnah.

Dengan berpedoman kepada kitaabullah, para Nabi dan Rasul mendidik umatnya agar benar-benar menjadi seorang mukmin, muslim kaffah, dan berakhlaq karimah ini menjadi utama tujuan diutusnya para Nabi dan Rasul, termasuk Rasulullah SAW. sebagaimana dinyatakan sendiri oleh Rasulullah SAW: 

إنّما بعثتُ لأتمّمَ مكارم الأخلاق 

Artinya:  “Sesungguhnya aku diutus hanyalah menyempurnakan akhlaq.”

Pada akhirnya apabila semua manusia memiliki akhlaq yang luhur, maka akan sendirinya akan terciptalah suatu masyarakat yang berperadaban tinggi, masyarakat yang adil dan makmur, gemah ripah loh jinawi kartoraharjo yang diridhoi oleh Allah SWT. Suatu masyarakat yang dihuni oleh orang-orang shaleh, rajin dan tekun, ikhlas beribadah kepada Allah SWT.

Subscribe untuk menerima pembaruan email gratis:

Artikel (18) DOWNLOAD (13) Linux (4) Novel Santri (1) SOFTWARE (11) Tahfidz (15)